Senin, 21 Maret 2011

Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa

Belum banyak penelitian yang mengkaji Ilmu Komunikasi Lintas Budaya (KLB). Padahal, jika penguasaan KLB sudah baik, setiap permasalahan akan terselesaikan dengan mediasi komunikasi tanpa kekerasan.

“Semakin paham budaya lain, manusia akan lebih mengedepankan nonviolent communication,” tutur Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran Suwandi Sumartias, seusai acara Bedah Buku “Komunikasi Lintas Budaya: Pemikiran, Perjalanan, dan Khayalan”, karya Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. , di Ruang Oemi Abdurachman Kampus Fikom Unpad.

Dalam konteks nasional, kata dia, KLB dapat menjadi alat pemersatu bangsa Indonesia. Dengan beragam suku, agama, dan ras di Indonesia, perlu adanya komunikasi sebagai simpul pengikat untuk membangun kesatuan.

“Untuk dapat menghadapi budaya asing, kita harus menguatkan dulu budaya negara kita,” ucap Suwandi.
Kajian ilmu komunikasi tersebut tidak hanya berlaku dalam mengelaborasikan perbedaan di Indonesia saja. Ia menambahkan, KLB juga dapat meningkatkan posisi tawar kita saat menghadapi budaya asing.
Sementara itu, Deddy Mulyana mengatakan, dibutuhkan pemahaman dan rasa empati dari setiap individu untuk dapat memahami kebudayaan lain. Buku yang sengaja dibuat inkonvensional itu dibuat untuk merangsang para pembaca dari berbagai kalangan, agar dapat memahami budaya lain dan mampu menghadapinya dengan komunikasi yang efektif.
“Dengan empati, kita akan memahami budaya lain dan tidak terjerumus ke dalam interpretasi dan penilaian yang sepihak terhadap perbedaan budaya lain,” ujar Deddy, yang juga merupakan Dekan Fikom Unpad itu.


Sejak dahulu, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang multikultural dan sekaligus juga multilingual. Hal ini berarti bahwa setiap suku atau kelompok etnik mempunyai tradisi dan kebudayaan sendiri, termasuk keanekaan bahasanya. Bahasa-bahasa kelompok etnik tersebut, atau lebih dikenal sebagai bahasa daerah, selain dituturkan dan didukung oleh jumlah kelompok penutur yang sangat variatif, juga memiliki wilayah yang tersebar luas.

Tersebarnya bahasa daerah tertentu ke wilayah lain di Nusantara tentunya memungkinkan terjadinya persaingan antarbahasa daerah tersebut. Hal ini perlu disikapi secara serius oleh para pengambil kebijakan, dalam hal ini pemerintah. Kalau dibiarkan pergesekan antarbahasa daerah tersebut, dikhawatirkan akan menjadi pemicu disintegrasi bangsa. Apalagi wilayah Indonesia memiliki banyak pulau dan memiliki banyak ragam budaya, hal ini tentunya akan berimbas kepada persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mempersatukan bangsa yang berbeda-beda budaya, salah satunya adalah dengan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu bangsa. Sampai saat ini, bahasa Indonesia belum pernah dijadikan sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku dan daerah. Hal ini dapat terjadi, karena bahasa Indonesia dapat menempatkan dirinya sebagai sarana komunikasi efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan. Hal ini pulalah yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai sarana pertahanan bangsa dari ancaman disintegrasi.

Bahasa yang masih hidup akan senantiasa mengalami perubahan, termasuk bahasa
Indonesia. Perubahan itu sejalan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat penuturnya dan juga karena kebutuhan masyarakat terhadap bahasa yang bersangkutan. Selain itu, luas wilayah pemakaian bahasa Indonesia yang tersebar di pulau-pulau yang secara geografis terpisahkan oleh laut memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan di tiap-tiap daerah. Oleh karena itu, perlu diadakan upaya pembinaan dan pengembangan bahasa yang berkesinambungan.

Pernyatan tekad membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia sering kita dengar, lebih-lebih pada bulan Oktober yang dikenal sebagai Bulan Bahasa. Pemakaian bahasa Indonesia yang tertib dan teratur perlu dibina terus agar bahasa Indonesia menjadi bahasa yang diperhitungkan dunia.

Salah satu bentuk pembinaan terhadap bahasa Indonesia adalah dengan menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Upaya untuk membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia dilakukan dengan jalur media masssa dan jalur kepemimpinan. Pembinaan bahasa Indonesia dilakukan melalui jalur media massa karena jangkauannya sangat luas. Kemudian, jalur kepemimpinan dapat pula dilakukan sebagai salah satu alternatif membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia karena pemimpin merupakan panutan masyarakat.

Pengembangan bahasa Indonesia dilakukan melalui pemekaran kosakata. Pemekaran
kosakata yang paling penting adalah dengan menggali potensi kosakata dari bahasa serumpun, dalam hal ini adalah bahasa daerah yang tersebar di seluruh Nusantara. Dengan demikian, setiap keunggulan bahasa lokal akan menempati porsinya dalam membangun bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan. Dengan bersatunya seluruh wilayah Nusantara melalui sarana bahasa nasional, mudah-mudahan pertahanan bangsa akan semakin kokoh.

Sumber : http://deeyandnacuamiq.blogspot.com/2011/02/budaya-sebagai-pemersatu-bangsa.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar